Kampung Film Black Team di PRFM News Channel (107,5)

Redaksi oleh: Fiki Satari
Sumber foto: PRFM 


Pada tanggal 4 Juni 2017, KampungFilm BlackTeam diwawancarai oleh PRFM. Berikut adalah pembahasannya.

BANDUNG, (PRFM) - Bandung, memang kota gerakan, di mana inisiatif yang muncul tidak eksklusif, namun berasal dari warganya sendiri. Contohnya komunitas film ini, yang dibentuk sejak tahun 2012 di Arcamanik. Film sendiri merupakan salah satu sub-sektor industri kreatif yang menjadi prioritas Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) selain Animasi dan Musik, salah satunya karena merupakan medium yang dapat meliputi sub-sektor lainnya: musik, seni pertunjukan, mode, dan sebagainya.

Apa yang membuat sub-sektor film ini tumbuh di Arcamanik?
Mang Jaja sebagai Ketua Karang Taruna Kecamatan Arcamanik sendiri mengaku kaget waktu pertama kali mengenal Komunitas Black Team melalui tayangan di TV swasta, padahal sudah sering blusukan di wilayahnya. Sehingga harus mengontak teman, yang lalu membawanya ke Parakan Saat, ke basecamp Kang Gugum dan bertemu dengan sekelompok pemuda yang menggeluti bidang film, termasuk warga Karang Taruna binaan.
Wilayah Arcamanik memang penuh dengan program yang luar biasa, terutama Bulan Agustus nanti. Akan ada kerja sama antara Karang Taruna dengan lembaga-lembaga di Arcamanik dengan Black Team. Selain itu ada juga komunitas musik Arcamanik, dan juga sarana olah raga Sport Jabar, dan Hari Bebas Kendaraan Bermotor di sana pun sudah sangat berlimpah pengunjung dan PKL, hingga kini menjadi tantangan tersendiri.


Bagaimana asal mula Black Team?
Menurut Kang Gugum, kampung film ini berdiri pada tanggal 18 Mei 2012, saat para pendirinya masih duduk di bangku SMP kelas 3. Waktu itu mereka melihat situasi dan kondisi di daerah, bahwa banyak terdapat potensi industri kreatif seperti seni musik, jaipong, dll. Yang terpikirkan adalah, kenapa segala potensi ini tidak diangkat saja melalui media film? Karena melihat Cina, yang mengangkat budaya kung fu-nya melalui film, Hollywood mengangkat action, dan Bollywood mengangkat jogetnya. Mereka berniat menjadikan segala potensi lokal tersebut menjadi nyata, melalui film.
Kenapa komunitas film ini bernama Black Team, karena hendak membawa pesan bahwa hitam itu tidak selalu gelap, yang kita lihat tidak selalu sama dengan kenyataan. Logonya mata satu, karena membawa pesan mengenai perubahan, yang lahir dari diri kita. Negara ini bisa maju dari kita, Bandung bisa maju karena kekompakan kita, yang bisa saling membantu.
Hal terdekat yang menjadi rencana besar adalah Gerakan 1000 Sineas Muda Arcamanik, bekerja sama dengan Karang Taruna Arcamanik, yang menyatukan potensi-potensi jaipongan, wayang, dan berbagai unsur masyarakat seperti aparatur, ormas, dll., menjadi sebuah film.
Aktifnya komunitas ini sekali lagi menjadi bukti bahwa Bandung adalah kota pemuda yang inspiratif, kota gerakan, yang sifatnya kontributif terhadap masalah lokal.  


Ketika diawali pada tahun 2012, bagaimana langkah pertamanya?
Ketika kumpul-kumpul pertama kali, dibahas permasalahan yang dapat dicarikan solusinya. Isu apa yang sedang ramai saat ini? Tentang ‘teroris’? Maka kita buat film tentang teroris tapi disisipi pesan tersendiri. Selalu ada pesan di segala kejadian, dan setiap film harus menyampaikan pesan tersebut, atau dimaknai tersendiri. Sehingga tentang film ini, yang berjudul Batas Cinta Suci, pesannya adalah biasanya untuk berbuat apa pun kita mengatas-namakan cinta, namun jangan mengatas-namakan cinta kalau perbuatannya dapat memperburuk sesuatu.


Apa saja yang diperlukan oleh komunitas ini? Infrastruktur, media, dll.?
Menurut Kang Cecep, kalau mau berkarya, sebaiknya jangan melihat punya apa dulu, tapi niatkan dulu. Kalau sudah ada niat, yang lain akan mengikuti, seperti halnya infrastruktur, dll. Jangan sampai menunggu alat dulu. Awalnya film dibuat dengan menggunakan ponsel, yang lalu diedit. Lalu biasanya meminjam peralatan. Setelah sekian lama, akhirnya komunitas ini mendapat bantuan satu kamera DSLR dari sebagai bentuk dukungan dari Dispora Kota Bandung, sejak 3 tahun lalu. Namun, prinsipnya, karya terbaik dihasilkan bukan dengan menggunakan apa, tapi untuk apa karya tersebut dibuat dan disampaikan ke publik.
Kekuatan pada kita sebenarnya adalah kekayaan konten dan cerita. Namun problem film nasional adalah cerita, dan membangun karakter penokohan pada sebuah film. Sudah ada berapa banyak cerita yang dibuat oleh komunitas ini?
Menurut Kang Gugum, komunitas ini sudah menghasilkan 25 naskah (1 film panjang dan 24 lainnya film pendek), plus sekitar 50 naskah yang belum digarap lanjut, dalam berbagai genre (agama, horor, action, dll.). Film panjang yang satu itu judulnya The Capitalist, tentang orang yang sekarang selalu mendahulukan uang di atas yang lain. Selain itu ada 4 naskah film bioskop, berjudul Janin (tentang cinta suci), The Black Santri (tentang kisah 10 orang santri), dan lain-lain.


Mengapa teman-teman muda tertarik bergabung dalam komunitas ini?
Menurut Rafi, ia bergabung untuk menggali potensi, selain mendapatkan banyak pelajaran, juga teman-teman baru. Rafi baru ikut membuat film, belum pernah membuat cerita. Namun ada yang lebih muda dari Rafi, bahkan sudah menjadi sutradara.
Misalkan Wenda, adik perempuan Rafi, yang usianya baru 12 tahun. Sebagai sutradara, Wenda telah membuat satu film berjudul Selamat Pagi Ibu Pertiwi, tentang lima anak-anak seumuran yang beda agama. Pesan yang ingin disampaikan adalah kata-kata Gus Dur, apa pun agamanya, kalau bisa berbuat yang terbaik, lakukanlah.
Ini versi film anaknya, sementara komunitas ini sedang menyiapkan versi film panjangnya (durasi sekitar 2 jam 10 menit), berjudul NKRI.


Lokasi tepatnya di mana?
Komunitas Kampung Film Black Team berada di RW06 RT05, Kelurahan Cisaranten Endah, Kecamatan Arcamanik, masuknya dari Antapani Tengah. Bisa juga dijumpai di Instagram, dengan nama akun @lkfblackteam
Komunitas ini bercita-cita membuat studio di kampungnya, tidak usah jauh-jauh, karena untuk memajukan kampung juga. Nantinya akan berupa studio alam, karena di wilayah tersebut masih banyak pepohonan dan suasana alami.


Bagaimana kebiasaan berkumpulnya?
Biasanya komunitas bertemu di basecamp, sebenarnya rumah yang juga sekretariat. Tidak memandang usia atau latar belakang, asalkan tidak mengganggu sekolah. Sehingga di luar jam sekolah, Sabtu atau lebih seringnya Minggu, diadakan pelatihan untuk para anggotanya, seperti penulisan naskah, kamera, sutradara, editing, dll.
Pengajar atau instrukturnya dari komunitas itu sendiri yang sudah lebih mahir dan dapat berbagi ilmu, semuanya dilakukan tanpa dipungut biaya, dan terbuka untuk umum.


Bagaimana menghidupi aktivitas komunitas ini?
Kalau shooting di suatu tempat, biasanya kru hanya membutuhkan makan atau minum, selama ini dilakukan secara swadaya, bawa bekal masing-masing. Selain makan/minum, tidak keluar biaya, karena peralatan juga seadanya, hanya dengan 1 kamera.
#hidupadalahudunan terbukti di sini; udunan untuk hal-hal produktif.



 Rencana ke depannya bagaimana?Kegiatan ini berangkat dari komunitas kewilayahan, yang mengajak warga sekitar kampungnya, mulai dari 4 orang, namun sekarang beranggotakan lebih dari 200 orang. Kamera hanya punya satu, tapi sangat produktif. Ide-ide cerita diambil dari kisah sehari-hari, dan kini yang membuat naskah tidak hanya 1 orang, begitu juga dengan yang mengerjakan editing. Komunitas ini selalu menangkat isu dari sudut pandangnya sendiri. Ada juga yang “Bandung pisan”, seperti Tanah Legenda, Dewi Sartika, Moh. Ramdan, dll. Semuanya masih dalam bentuk naskah, belum digarap lanjut karena semua sedang terfokus ke Kegiatan 1000 Sineas Muda.

Apakah Kegiatan 1000 Sineas Muda ini?
Ini adalah rencana membuat satu film yang melibatkan 1000 sineas, pemain, dsb. Karena sering membuat film, komunitas ini menguji konsep bahwa 1 ide bagus pasti dapat menarik orang untuk terlibat. Produksinya nanti direncanakan sepanjang 1 hari saja, sejak pagi hingga sore hari, dan malamnya proses editing, lalu besoknya ditonton bersama-sama. Rencananya akan diproduksi serentak di 9 lokasi, sutradara dan editornya tentu saja lebih dari satu, dan harus bisa beres. Durasi filmnya direncanakan 30 menit.

Bagaimana pemasaran filmnya agar dapat dinikmati khalayak ramai dan bernilai komersil?
Komunitas Kampung Film membutuhkan uang untuk berkarya, namun berkarya bukan untuk uang, jadi tidak diperjual-belikan. Namun ada film yang dibuat berdasarkan pesanan, berjudul Bendera Terakhir, tentang pahlawan yang tidak diketahui siapa pun. Sampai akhirnya ketika ditemukan kembali, ternyata ia hidup dalam kesusahan, bahwan untuk beli bendera pun tidak mampu. Ketika orang-orang mau memberikan bendera, ternyata si pahlawan sudah meninggal dunia. Pesannya, jangan sia-siakan perjuangan pahlawan terdahulu. Selain itu, ada juga yang berjudul Mentari Setelah Gelap.

Bagaimana kalau mau menonton film-filmnya?
Ada di IG @lkfblackteam, juga di Facebook dan YouTube dengan nama akun Kampung Film Black Team, yang memuat baik film maupun kegiatan. Komunitas ini juga tidak khawatir karya-karyanya dibajak. Itu menjadi urusan yang hendak membajak, karena yang penting bagi komunitas ini adalah pesannya sampai ke masyarakat, karena, sebagai aktivis film, mereka berkarya bukan untuk uang. Apa yang dapat dikolaborasikan dengan Karang Taruna? Menurut Mang Jaja, salah satu program Karang Taruna selesai dengan adanya Black Team. Karena dengan segala kegiatannya, para pemuda tidak akan menjurus ke hal-hal negatif, jadi salah satu permasalahan sosail teratasi. Kolaborasi lebih lanjut adalah Karang Taruna yang sedang mengkoordinasikan SDM untuk Kegiatan 1000 Sineas Arcamanik ini, terutama untuk mengumpulkan seribu orang yang mau terlibat. Di awalnya terasa mudah, karena ada 51 RW, yang kalau dikumpulkan 20 orang saja per-RW, dikalikan 50, akan ada 1000. Tapi ternyata sulit. Kesulitannya adalah sebagian besar orang masih meraba-raba arah kegiatannya, yang dirasa masih jauh (Agustus). Padahal pengarahan pemain harus dilakukan sejak sekarang (Juni). Sehingga minggu depan akan dikoordinasikan dalam rapim kecamatan, akan dibahas lagi karena nanti seluruhnya (termasuk camat dan kapolsek) akan dilibatkan. Yang punya saudara atau teman di Arcamanik dan sekiranya berminat, bisa diajak bergabung, melalui Karang Taruna Kecamatan Arcamanik: Twitter, FB dan IG @kartaarcamanik

Harapan atau pesan yang akan disampaikan? Rafi: bagi yang berminat di bidang film, silakan bergabung, sama-sama berbagi kemampuan yang dimiliki, berkarya bersama-sama. Kang Cecep: bagi siapa pun, dengan bidang apa pun, khususnya seni, selagi ada kemauan jangan sampai keterbatasan mengalahkan semangat; asal ada niat, semua pasti bisa Kang Gugum: motto dari komunitas ini adalah “berbudaya, beragama, berbeda”; ketika sebuah karya dibuat dengan berbeda, sudut pandang yang berbeda akan tercipta; asalkan dilakukan dengan tulus, tanpa harap materi, selalu ada arti di setiap pandangan kita Mang Jaja: sebuah program besar tidak akan menjadi besar kalau ada dikerjakan bersama-sama, seperti udunan Komunitas Kampung Film Black Team, dimly 5 tahun lalu, sudah menghasilkan puluhan karya. Kreativitas Bandung lahir dari warganya, karena pemudanya. GagasMUda tidak berhenti menyemangati semuanya: ketika mereka bisa, kenapa kita tidak.



[www.prfmnews.com]